Keistimewaan Quran Surat Al Waaqi’ah
Lafazd Surat Al
Waaqi’ah Ayat 1-96:
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (١)لَيْسَ
لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢)خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (٣)إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ رَجًّا
(٤)وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (٥)فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (٦)وَكُنْتُمْ
أَزْوَاجًا ثَلاثَةً (٧)فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ
(٨)وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (٩)وَالسَّابِقُونَ
السَّابِقُونَ (١٠)أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (١١)فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
(١٢)ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ (١٣)وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ (١٤)عَلَى سُرُرٍ
مَوْضُونَةٍ (١٥)مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ (١٦)يَطُوفُ عَلَيْهِمْ
وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ (١٧)بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ
(١٨)لا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنْزِفُونَ (١٩)وَفَاكِهَةٍ مِمَّا
يَتَخَيَّرُونَ (٢٠)وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (٢١)وَحُورٌ عِينٌ
(٢٢)كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ (٢٣)جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
(٢٤)لا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا (٢٥)إِلا قِيلا سَلامًا
سَلامًا (٢٦)وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ (٢٧)فِي سِدْرٍ
مَخْضُودٍ (٢٨)وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ (٢٩)وَظِلٍّ مَمْدُودٍ (٣٠)وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ
(٣١)وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ (٣٢)لا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ (٣٣)وَفُرُشٍ
مَرْفُوعَةٍ (٣٤)إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (٣٥)فَجَعَلْنَاهُنَّ
أَبْكَارًا (٣٦)عُرُبًا أَتْرَابًا (٣٧)لأصْحَابِ الْيَمِينِ (٣٨)ثُلَّةٌ مِنَ
الأوَّلِينَ (٣٩)وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ (٤٠)وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا
أَصْحَابُ الشِّمَالِ (٤١)فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ (٤٢)وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ
(٤٣)لا بَارِدٍ وَلا كَرِيمٍ (٤٤)إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ (٤٥)وَكَانُوا
يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ (٤٦)وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا
وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (٤٧)أَوَآبَاؤُنَا
الأوَّلُونَ (٤٨)قُلْ إِنَّ الأوَّلِينَ وَالآخِرِينَ (٤٩)لَمَجْمُوعُونَ إِلَى
مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (٥٠)ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا الضَّالُّونَ
الْمُكَذِّبُونَ (٥١)لآكِلُونَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّومٍ (٥٢)فَمَالِئُونَ
مِنْهَا الْبُطُونَ (٥٣)فَشَارِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيمِ (٥٤)فَشَارِبُونَ
شُرْبَ الْهِيمِ (٥٥)هَذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّينِ (٥٦)نَحْنُ خَلَقْنَاكُمْ
فَلَوْلا تُصَدِّقُونَ (٥٧)أَفَرَأَيْتُمْ مَا تُمْنُونَ (٥٨)أَأَنْتُمْ
تَخْلُقُونَهُ أَمْ نَحْنُ الْخَالِقُونَ (٥٩)نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ
الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ (٦٠)عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ أَمْثَالَكُمْ
وَنُنْشِئَكُمْ فِي مَا لا تَعْلَمُونَ (٦١)وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْأَةَ
الأولَى فَلَوْلا تَذَكَّرُونَ (٦٢)أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ (٦٣)أَأَنْتُمْ
تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ (٦٤)لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا
فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ (٦٥)إِنَّا لَمُغْرَمُونَ (٦٦)بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ
(٦٧)أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (٦٨)أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ
مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (٦٩)لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا
فَلَوْلا تَشْكُرُونَ (٧٠)أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ
(٧١)أَأَنْتُمْ أَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُونَ (٧٢)نَحْنُ
جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ (٧٣)فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ
الْعَظِيمِ (٧٤)فَلا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (٧٥)وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ
تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ (٧٦)إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (٧٧)فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
(٧٨)لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ (٧٩)تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(٨٠)أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (٨١)وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ
أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ (٨٢)فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ (٨٣)وَأَنْتُمْ
حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ (٨٤)وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا
تُبْصِرُونَ (٨٥)فَلَوْلا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ (٨٦)تَرْجِعُونَهَا
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٨٧)فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ
(٨٨)فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (٨٩)وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩٠)فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (٩١)وَأَمَّا
إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (٩٢)فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ
(٩٣)وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (٩٤)إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ (٩٥)فَسَبِّحْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (٩٦)
Tarjamahan
Surat Al Waaqi’ah Ayat 1-96:
1.
Apabila terjadi
hari kiamat.
2.
Tidak
seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
3.
(Kejadian itu)
merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
4.
Apabila bumi
digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
5.
Dan
gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
6.
Maka jadilah ia
debu yang beterbangan,
7.
Dan kamu
menjadi tiga golongan.
8.
Yaitu golongan
kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
9.
Dan golongan
kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
11. Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.
12. Berada dalam jannah kenikmatan.
13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
14. Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.
15. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,
16. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
18. Dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang
mengalir,
19. Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
20. Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
21. Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,
23. Laksana mutiara yang tersimpan baik.
24. Sebagai Balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
25. Mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan tidak
pula Perkataan yang menimbulkan dosa,
26. Akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.
27. Dan golongan kanan, Alangkah bahagianya golongan kanan itu.
28. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
29. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
30. Dan naungan yang terbentang luas,
31. Dan air yang tercurah,
32. Dan buah-buahan yang banyak,
33. Yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.
34. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
35. Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan
langsung.
36. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
37. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.
38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,
39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
40. Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.
41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
42. Dalam (siksaan) angin yang Amat panas, dan air panas yang mendidih,
43. Dan dalam naungan asap yang hitam.
44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.
46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.
47. Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila Kami mati dan
menjadi tanah dan tulang belulang, Apakah Sesungguhnya Kami akan benar-benar dibangkitkan
kembali?
48. Apakah bapak-bapak Kami yang terdahulu (juga)?"
49. Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang terkemudian,
50. Benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang
dikenal.
51. Kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi
mendustakan,
52. Benar-benar akan memakan pohon zaqqum,
53. Dan akan memenuhi perutmu dengannya.
54. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.
56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan".
57. Kami telah menciptakan kamu, Maka mengapa kamu tidak membenarkan?
58. Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
59. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?
60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami
sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
61. Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam
dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam Keadaan yang tidak kamu
ketahui.
62. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama,
Maka Mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
63. Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.
64. Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya?
65. Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan Dia hancur dan
kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang.
66. (sambil berkata): "Sesungguhnya Kami benar-benar menderita
kerugian",
67. Bahkan Kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.
68. Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
69. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?
70. Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan Dia asin, Maka
Mengapakah kamu tidak bersyukur?
71. Maka Terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan
menggosok-gosokkan kayu).
72. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya?
73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi
musafir di padang pasir.
74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.
75. Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu
mengetahui.
77. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
78. Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
79. Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
80. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.
81. Maka Apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?
82. Kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.
83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
84. Padahal kamu ketika itu melihat,
85. Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu, tetapi kamu tidak
melihat,
86. Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?
87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu
adalah orang-orang yang benar?
88. Adapun jika Dia (orang yang mati) Termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah),
89. Maka Dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan.
90. Dan Adapun jika Dia Termasuk golongan kanan,
91. Maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.
92. Dan Adapun jika Dia Termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,
93. Maka Dia mendapat hidangan air yang mendidih,
94. Dan dibakar di dalam Jahannam.
95. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang
benar.
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.
Gambaran
Umum Surat Al Waaqi'ah
Surat Al Waaqi’ah ini merupakan surat
yang ke 56 dalam Al Quran yang terletak pada urutan juz yang ke 27 yang terdiri dari 96 ayat.
Dinamakan dengan Al Waaqi’ah karena diambil dari kata Al Waaqi’ah yang terdapat
pada permulaan atau ayat yang pertama surat ini, yang artinya kiamat. Surah Al
Waaqi’ah ini menerangkan tentang hari kiamat, balasan yang diterima oleh
orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Diterangkan pula alas muasal
penciptaan manusia, tumbuh-tumbuhan, dan api, sebagai bukti kekuasaan Allah SWT
dan adanya hari berbangkit. Nabi Muhammad SAW bersabda: (1). “Siapa membaca
surat Al Waaqi’ah setiap hari, ia tidak akan ditimpa kefakiran.” (2) “Siapa
membaca surat Al Waaqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kesusahan atau
kemiskinan selama-lamanya. (Diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu Mas’ud r.a.),
(3). “Ajarkanlah surat Al Waaqi’ah kepada isteri-isterimu. Karena sesungguhnya
ia adalah surah Kekayaan.” (Hadis riwayat Ibnu Ady), (4). “Barang siapa yang
membaca surat Al Waaqi’ah setiap malam maka dia tidak akan tertimpa kefakiran
dan kemiskinan selamanya. Surat Al Waaqi’ah adalah surah kekayaan, maka bacalah
ia dan ajarkan kepada anak-anakmu semua.”
Asbabun
Nuzul Surat Al Waaqi'ah
Asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya al-Qur'an; atau
suatu peristiwa yang menggambarkan tentang sejarah turunnya al-Qur'an sesuai
dengan situasi saat itu. Juga menetapkan hal ihwal kejadian-kejadian yang
berlaku sekarang dan untuk masa yang akan datang. Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah berpendapat,
"Bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat al-Qur'an dapat membantu kita
memahami pesan-pesan yang dikandung dalam ayat-ayat al-Qur'an. Pengetahuan
ihwal asbabun nuzul suatu ayat memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami
kandungan ayat tersebut."
Pandangan ini disadari oleh kaum muslimin yang ingin
memahami pesan-pesan yang dikandung pada setiap ayat dalam al-Qur'an agar
memahami betul tentang tempat, peristiwa, kisah-kisah, juga tujuan
diturunkannya ayat-ayat al-Qur'an agar tidak mengalami keraguan dalam menafsirkan. Karena itu, jika seseorang ingin mempelajari tentang al-Qur'an
secara detail maka is harus mengetahui tentang asbabun nuzul agar dalam
menafsiri ayat-ayat dalam al-Qur'an sesuai dengan makna yang dikehendaki
al-Qur'an.
Ada beberapa ulama yang mencoba menyusun asbabun nuzul, di
antaranya adalah Ali bin al-Madani, beliau adalah guru al-Bukhari. Sesudah itu,
ada al Wahidi dengan kitabnya Asbabun Nuzul. Kemudian, al Ja'bari, yang
meringkas kitab al-Wahidi dengan membuang sanad-sanadnya. Kemudian tidak ketinggalan
karangan Suyuthi yang berjudul Lubabul Maghulfi Asbabin Nuzul. Beberapa ulama
tersebut, berkehendak memberikan ketegasan lebih detail tentang makna ayat-ayat
melalui peristiwa atau kejadian juga seluk-beluk turunnya ayat-ayat al-Qur'an.
Di sini, ada ketegasan yang menjadi landasan atau dasar bagi
para ulama dalam memahami tentang sanad atau rawi ketika mengetahui asbabun
nuzul al-Qur'an yakni sahnya riwayat yang langsung dari Nabi atau dari para
sahabatnya. Apabila dari sahabatnya, maka kisahnya harus terang sehingga tidak
menimbulkan pendapat yang berbeda. Sebab, asbabun nuzul mengungkap tentang
peristiwa turunnya al-Qur'an yang menyangkut maksud diturunkannya ayat
al-Qur'an agar sesuai dengan makna yang sebenarnya. Sebagai contoh dalam Surat alWaaqi'ah,
misalnya: "Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
Diturunkan dari Rabbil `alamiin. Maka apakab
kamu menganggap remeh saja al-Qur'an ini? Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan
Allah." (QS. al-Waaqi'ah: 79-82).
Dalam satu riwayat-yang saya kutip dari kitab Asbabun Nuzul
menjelaskan, ketika turun hujan pada masa itu, Rasulullah Saw. bersabda:
"Di antara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir karena turun
hujan." Di antara yang hadir
berkata, "Ini adalah rahmat yang diberikan oleh Allah untuk kita."
Sedang yang lain berkata, "Sungguh tepat ramalan si anu." Dari kisah ini maka turunlah ayat lain dalam
Surat al-Waaqi'ah yang berbunyi:"Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya
bagian-bagian al-Qur'an. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau
kamu mengetahui.Sesungguhnya al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). " (QS. al-Waaqi'ah: 75-78).
Ayat di atas, tidak lain untuk mengingatkan kaum yang sesat;
bahwa semua yang terjadi itu atas kehendak Allah. Manusia sama sekali tidak
akan berdaya dengan segala kehendak yang terjadi, baik sekarang maupun yang
akan datang. (Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas). Kemudian
dalam riwayat lain juga dijelaskan, bahwa ayat 75-82 dalam Surat al-Waaqi'ah
turun berkenaan dengan serombongan kaum Anshar waktu Perang Tabuk yang
beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Shalih As.). Mereka dilarang menggunakan air yang ada di
situ. Kemudian mereka pindah ke tempat lain, tetapi tidak mendapatkan air sama
sekali. Mereka mengadukan hal itu kepada Nabi Saw. yang kemudian Rasulullah
Saw. pun melakukan shalat dua rakaat dan berdoa.
Dari doa Nabi, kemudian langit terlihat mendung, lalu hujan
mengguyur bumi atas perintah dan karunia Allah, sehingga mereka pun dapat minum
sepuas-puasnya. Seorang Anshar berkata kepada seorang yang dituduh munafik,
"Bagaimana pendapatmu setelah Nabi Saw. berdoa dan turun hujan untuk
kepentingan kita?" Orang itu menjawab, "Kita diberi hujan tidak lain
karena ramalan seseorang." Dari kemunafikan itu, kemudian Allah menurunkan
ayat di atas untuk mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu itu ditetapkan
oleh Allah Swt. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu
Hazrah).
Kemudian dalam Surat al-Waaqi'ah tepatnya dalam ayat 27-29: "Dan golongan kanan, alangkah bahagianya
golongan kanan itu, berada di antara
potion bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya). " (QS. al-Waaqi'ah: 27-29). Ayat tersebut diriwayatkan, setelah Rasulullah
membolehkan orang-orang Tha'if untuk menguasai lembah indah yang bersarang
madu. Mereka mendapat kabar bahwa di surga, tempatnya seperti lembah itu,
sehingga dari sebagian mereka berangan-angan ingin mendapatkan surga untuk
dijadikan tempat abadinya. Maka, dari sinilah kemudian turun ayat 27-29 yang
melukiskan kehidupan di Surga Na'im yang disediakan bagi golongan kanan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Urwah bin Ruwaim, tetapi
mursal alias masih diragukan. Dan, diriwayatkan pula oleh Sa'id bin Manshur di
dalam sunannya dan al-Baihaqi di dalam kitab al-Ba'ts yang bersumber dari
`Atha' dan Mujahid).
Dalam riwayat lain juga dijelaskan, bahwa orang-orang kagum
melihat lembah yang teduh yang dinaungi pohon-pohon yang rindang dan indah.
Ayat ini (QS. al-Waaqi'ah ayat 14) turun melukiskan kehidupan di surga yang
serba indah dan menyenangkan. (Diriwayatkan oleh al-Baihagi dengan sanad yang
lain, yang bersumber dari Mujahid).
Fadhilah
Surat Al Waaqi'ah.
Adapun pembahasan al Waaqi’ah di sini,
tentu tidak bermaksud mengenyampingkan surat-surat lain dalam al-Qur'an yang
juga mempunyai banyak keistimewaan, fadhilah, juga keutamaannya. Tetapi, karena
yang akan saya kaji fokus utamanya adalah Surah al-Waaqi'ah, maka pada ruang
pembahasan kali ini saya akan mencoba menelusuri keutamaan dan fadhilah yang
terkait dengan ayat-ayat dalam Surat al Waaqi'ah. Seperti yang sudah kita
ketahui, bahwa semua yang ada dalam al-Qur'an mempunyai kelebihan dan keutamaan
yang sangat besar, karena al-Qur'an merupakan kalam Allah yang diturunkan
melalui Nabi Muhammad sebagai mukjizat besar tanpa tertandingi, sebagai
petunjuk bagi yang meyakini, juga sebagai penyempurna dari kitab-kitab
sebelumnya. Dari bukti ini, sungguh Allah tidak
membedakan atau memilih-milih tentang kelebihan dan keutamaan setiap surat atau
ayat dalam al-Qur'an. Allah Swt. berfirman: "Tiadalah Kami alpakan sesuatu
pun dalam al Kitab (Al Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
" (QS. al-An'aam: 38). Dalam menafsirkan ayat di atas, ahli tafsir
mengatakan bahwa isi al-Qur'an itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma,
hukum-hukum, hikmah-hikmah, dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan
akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Hanya manusia yang tidak mengkajinya secara
mendalamlah yang tidak dapat menemukan keutamaan dan fadhilah surat-surat yang
ada dalam al-Qur'an. Namun, bagi mereka yang mau menggali al-Qur'an secara
cermat dan mendalam serta bersungguh-sungguh, maka dirinya akan merasakan
sesuatu yang sangat luar biasa yang didapat dari isi batin al-Qur'an. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi saw ketika
ada seorang wanita yang sedang diobati dan dibacakan ruqyah, lalu Nabi saw
bersabda kepadanya: "Obatilah dengan kitab Allah (al-Qur'an). " (HR.
Muslim). Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah saw. sendiri
tidak menyebut ayat-ayat atau surat-surat tertentu untuk mengobati dengan
bacaan ruqyah. Sebab, demikian jelas
sudah bahwa al-Qur'an seluruhnya adalah obat dari penyakit fisik, mental, dan
spiritual. Karena itu, barang siapa yang dapat istiqamah membaca al-Qur'an
secara sempurna, maka dirinya akan mendapat anugerah, karunia, dan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Allah Swt. berfirman: “Allah
menganugerahkan hikmah (kepahaman tentang al-Qur'an dan sunnah) kepada siapa
yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahkan hikmah itu, is
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak...” (QS. al-Baqarah:
269). Demikian pula apabila ada sebagian
kaum muslimin mau mengistiqamahkan membaca Surah al-Waaqi'ah di malam hari
secara terus-menerus, maka dirinya akan terhindar dari penyakit fakir. Hal ini
sebagaimana hadits yang sudah saya kemukakan yang mengatakan, "Siapa
yang membaca Surat al-Waaqi'ah pada tiap malam niscaya tidak akan terkena
kemiskinan selamanya." Rasulullah Saw. sangat menganjurkan untuk
selalu membaca Surat al-Waaqi'ah pada tiap malam karena fadhilah yang terdapat
dalam surat tersebut sungguh untuk melancarkan jalannya rezeki, sehingga yang
mengamalkan akan terhindar dari kefakiran.
Dalam kitab Majmu' Latiif ada
sebuah kisah menarik tentang fadhilah Surah al Waaqi'ah. Yakni, pada saat
Utsman bin Affan mendatangi Abdullah bin Mas'ud ia bertanya, "Sepertinya
engkau sedang sakit. Apa yang sedang engkau derita, wahai Abdullah?" tanya
Utsman kepada Abdullah. "Dosa-dosaku,"
jawab Abdullah datar. "Lalu, selama ini apa yang engkau sukai, wahai
Abdullah?" Utsman bertanya lagi. "Rahmat Tuhanku," jawab
Abdullah. Singkat cerita, Utsman kemudian menawarkan jasa untuk mengumpulkan
dana guna diberikan kepada putra Abdullah. Tetapi, Abdullah menolak, "Aku
tidak takut putra-putraku akan terjatuh dalam lubang kemiskinan, karena
sesungguhnya aku telah memerintahkan semua anak-anak untuk membaca Surat
al-Waaqi'ah pada tiap-tiap malam. Dan itu yang aku dengar dari sabda Rasulullah
saw berbunyi: "Barang siapa yang membaca Surat al-Waaqi'ah tiap-tiap
malam maka tidak akan fakir," Jelas Abdullah terhadap Utsman. Demikianlah sekilas kisah dalam kitab Majmu' Latiif
yang telah menerangkan tentang fadhilah clan keutamaan dalam Surat al-Waagi'ah,
yang dijelaskan oleh Utsman bin Affan ketika dirinya berkunjung ke tempat
Abdullah bin Mas'ud. Rasulullah Saw. sebagai penyebar
agama Islam dan pembawa petunjuk Tuhan adalah penafsir excellence dari
al-Qur'an. Ucapan dan perbuatannya adalah sumber tradisi terpenting dalam Islam
sesudah al-Qur'an. Dengan begitu, al-Qur'an menduduki peringkat yang
kedua-sesudah Tuhan-dari segala sumber dan petunjuk yang diwahyukan kepada
Nabi. Dari peringkat kedudukan sesudah Tuhan inilah yang menjadikan al-Qur'an
sebagai pedoman sekaligus kerangka kegiatan intelektual dalam gerakan Islam
untuk menghapus kebodohan, kezhaliman, kesesatan, dan sebaliknya memberi
petunjuk pada setiap hamba ke jalan yang diridhai-Nya, termasuk di dalamnya
juga memberikan petunjuk esoteris (arti batin al-Qur'an) bagi orang yang ingin
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Utamanya dalam surat Al Waaqi’ah, kiranya
sangat menarik untuk dikaji tentang keutamaan-keutamaan atau fadhilah yang
tersimpan dalam surat tersebut. Oleh karena itulah, untuk mencari sebab-sebab
kenapa dalam Surat alWaaqi'ah ini ada fadhilah yang erat kaitannya dengan
persoalan-persoalan rezeki. Banyak di antara kaum muslimin yang mengetahui
bahwa Al Waaqi’ah itu sebagai salah satu surat yang mempunyai fadhilah atau
keutamaan yang berkaitan dengan rezeki, sehingga sekian dari mereka banyak yang
mengamalkan surat tersebut untuk kelancaran rezekinya. Namun, sekian dari
mereka jarang yang merasakan bahwa surat tersebut benar-benar memberikan
respons terhadap tujuan yang dikehendakinya. Banyak di antara mereka yang
sengaja membaca surat tersebut untuk satu tujuan tertentu, namun sejauh yang
mereka lakukan sama sekali tidak memberikan dampak atau tidak membawa pada
kesejahteraan hidup. Di mana persoalannya? Jawabannya
jelas. Ketika mereka tengah meluangkan waktu untuk membaca ayat-ayat al-Qur'an
tidak disertai dengan kesungguhan, kekhusyukan, keyakinan yang mendalam
terhadap hikmah yang terkandung dalam al-Qur'an. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Maka Maha Tinggi Allah Raja
Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: 'Ya Tuhanku,
tambahkanlab kepadaku ilmu
pengetahuan, " (QS. Thaahaa: 114).
"Janganlah kamugerakkan
lidahmu untuk (membaca) al-Qur'an karena
hendak cepat-cepat (menguasai) nya." (QS. al-Qiyaamah: 16).
"Kamu
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Qur'an
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu
di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun
sebesar dzarrah (atom) di bumi ataupun di
langit. Tidak ada yang lebih kecil
dan tdak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Yunus: 61).
Jika demikian, pantaslah kiranya
apabila al-Qur'an dirasa oleh mereka hanya sebagai bacaan biasa yang tidak
memiliki hikmah. Sebab kebanyakan dari mereka-termasuk saya sendiri-dalam membaca
hanya setengah-setengah (hanya sampai pada tenggorokan) dan tidak masuk dalam
hati dan pikirannya. Bagaimana kita bisa
merasakan keajaiban al-Qur'an, apabila cara membacanya pun masih asal-asalan.
Bagaimana kita mendapat rangsangan dari arti batin al-Qur'an jika kita sendiri
tidak berusaha untuk merangsang emosi kita terhadap makna yang ada dalam
al-Qur'an. Karena itu, pantaslah apabila ada pendapat, "Katanya
Surat al-Waaqi'ah bisa memberikan kemudahan rezeki, tapi kenapa saya yang sudah
membacanya berkali-kali, tapi nasib saya tetap saja begini dan tidak pernah
berubah." Sesungguhnya, kenapa ada orang
yang mengamalkan bacaan al-Qur'an tetapi dirinya sungguh tidak merasakan
sesuatu apa pun dari apa yang telah diamalkannya. Hal ini disebabkan karena dirinya
tidak mempunyai bekal keyakinan spiritual yang mendalam, sehingga apa pun yang
dilakukan (riyadhah) tidak merasakan hasil yang menggembirakan. Allah Swt.
berfirman:
"Dan apa yang kamu kerjakan
berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal."
(QS. al-Baqarah: 197).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Coment Anda Disini